PERAN BUDAYA LITERASI IPNU IPPNU DALAM MENGEMBANGKAN DIGITALISASI DI KABUPATEN MAGETAN

 PERAN BUDAYA LITERASI IPNU IPPNU DALAM MENGEMBANGKAN DIGITALISASI DI KABUPATEN MAGETAN

Ami Fatmawati CO.Kaderisasi ippnu Magetan

PC IPNU IPPNU MAGETAN

@PelajarNUmagetan

Abstrak

IPNU and IPPNU are two educational, cadre, community, national and religious organizations that are Islamic-oriented Ahlussunah Waljama'ah. This organization has a very significant role in today's modern era. As members of IPNU and IPPNU, it is a necessity for us to know the important role of IPNU and IPPNU in the modern era so that we can grow, develop and increase the love of every member for this organization that is more than half a century old with the aim that IPNU and IPPNU continue to exist and not swallowed up by the times. For example, in the current era, which is completely digitalized in Magetan district, it is a world that narrows distance and time. The younger generation in this case students are swept away in the ocean of cyberspace. It has become a common sight, that young people now prefer to use social media such as Facebook, Twitter, Wechat, and others rather than gathering directly to carry out a real social process. It is undeniable that the current era is like that, it is impossible to contain it, but it is deeper in how to manage this potential.
The socially real role of an organization is in decline. Digital media has become one of the great forces in building a movement and influencing the public towards an idea. This can be seen from several cases that started from the idea of ​​using online social media more as a way to move people magetan disstric.

Keywords: literasi ipnu ippnu,digitalisasi,kabupaten magetan

 Abstrak

IPNU dan IPPNU adalah dua organisasi yang besifat keterpelajaran, kekaderan, kemasyarakatan, kebangsaan dan keagamaan yang berhaluan Islam Ahlussunah Waljama’ah. Organisasi ini mempunyai peran yang sangat signifikan dalam era digitalisasi sekarang ini. Sebagai anggota IPNU dan IPPNU, merupakan sebuah kebutuhan untuk kita mengetahui peran penting IPNU dan IPPNU di era digitalisasi sehingga bisa menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan rasa cinta setiap anggota kepada organisasi yang sudah berumur lebih dari setengah abad ini dengan tujuan agar IPNU dan IPPNU tetap eksis dan tidak tertelan oleh zaman. Misalkan saja di era sekarang yang serba mengalami digitalisasi dikabupaten magetan sendiri, merupakan sebuah dunia yang mempersempit jarak dan waktu. Generasi muda dalam hal ini pelajar terhanyut dalam lautan dunia maya. Sudah menjadi pemandangan biasa, bahwa anak muda sekarang lebih suka menggunakan sosial media seperti facebook, twitter, wechat, dan lainnya dibanding dengan berkumpul langsung untuk melakukan suatu proses sosial secara nyata. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa era sekarang adalah seperti itu, tak mungkin dibendung, tapi lebih dalam taraf bagaimana mengelola potensi tersebut.

Peran sebuah organisasi yang riil secara sosial memang dalam keadaan menurun. Media digital telah menjadi salah satu kekuatan besar dalam membangun gerakan maupun mempengaruhi publik terhadap suatu gagasan. Hal ini terlihat dari beberapa kasus yang berawal dari ide melalui internet lebih menggunakan media sosial online, sebagai suatu cara untuk menggerakkan banyak orang.

Di sinilah awal dari bagaimana potensi ini bisa dimanfaatkan secara maksimal dalam rangka meninjau kembali peranan generasi muda khususnya pelajar NU. Dalam rangka memberikan kesadaran tentang bagaimana untuk merencanakan masa depan dirinya sekaligus mengembangkan pemikiran dan idenya dalam proses peranannya sebagai elemen masyarakat Magetan.

Kata kunci: Ipnu ipnu literacy, Digitization, Magetan district

A.    A.    Pendahuluan

Pada hakikatnya, membaca merupakan gudang ilmu atau jendela dunia. Karena dengan banyak membaca,kita dapat mengetahui banyak hal yang tidak kita ketahui sebelumnya. Semakin kita rajin membaca, maka dapat dipastikan kita akan semakin banyak tahu dan banyak bisa. Ini artinya, jika seseorang memiliki banyak pengetahuan, maka pengetahuan itu secara tidak sadar akan membantu dirinya dalam melakukan banyak hal yang sebelumnya bahkan belum dikuasai. Pengaruh rendahnya minat baca atau literasi yang terjadi Indonesia khususnya pada pelajar NU ini juga disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama, belum ada kebiasaan membaca sejak dini. Kedua, mulai luntrunya budaya literasi dikalangan pelajar dan hanya terfokus dalam hal kaderisasi Dan yang terakhir adalah karena masih kurangnya inovasi dalam pengembangan literasi dalam ranah pelajar. Kurangnya minat membaca yang dimiliki pelajar Nu Magetan juga masyarakat di Indonesia ini pada akhirnya akan mempengaruhi mereka dalam kemampuan berpikir kritis. Seperti yang telah kita ketahui, berpikir kritis merupakan sebuah peningkatan kemampuan yang kita miliki dalam menganalisis serta mengekspresikan suatu ide-ide yang kita punya. Masih rendahnya kemampuan dalam berpikir kritis ini dapat kita buktikan dengan masih banyaknya masyarakat Indonesia yang sering mempercayai informasi-informasi hoax atau palsu yang diterima tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu. Isi kajian ini pun terkait dengan peran budaya literasi ipnu ippnu dalam pengembangan digitalisasi dikabupaten Magetan. Pada kajian ini akan dijelaskan beberapa faktor serta dampak yang mempengaruhi minimnya budaya/kebiasaan dalam membaca yang terjadi dikabupaten magetan khususnya bagi para pelajar ipnu ippnu dalam pengembangan literasi terkait kemajuan digitalisasi.

Selain itu juga, kajian ini akan menjelaskan keterkaitannya mengenai kurangnya kemampuan berpikir kritis dalam menyerap informasi juga minimnya kemampuan berpikir yang sistematis serta pemikiran yang berdasarkan dengan logika dan penalaran ilmiah yang masih kurang tepat. Karena dalam hal ini kekritisan nalar pelajar juga mempengaruhi dalam berjalannya organisasi terutama dalam hal digitalisasi sekarang yang menuntut pelajar ipnu ippnu harus lebih responsive terkait isu-isu yang ada dan bukan hanya bergelut diwilayah problem internal saja karena jika hanya terfokus dalam hal internal kita akan kalah bersaing dengan problematika yang sangat pesat missal dalam hal data base sekarang banyak aplikasi yang bisa digunakan bukan hanya bergelut dengan kertas dan polpen. Tapi apabila budaya literasi tidak segera dikembangkan terutama diwilayah kabupaten magetan maka kita juga akan ketinggalan dengan kabupaten yang lain walaupun memang kultur setiap wilayah berbeda-beda tapi minimal kita bisa keluar dari kotak atau out of the box supaya kita lebih tau tantangan apa yang ada diluar dengan jalan membaca berita tentang ipnu ipnu ditingkatan atas atau dengan memperbanyak relasi untuk mengetahui informasi untuk lebih akurat lagi.

IPNU-IPPNU merupakanorganisasi yang berazaskan Pancasila, beraqidah Islam Ahlussunah Wal Jamaah yang mengikuti salah satu madzhab empat: Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hambali yang bersifat, keterpelajaran,pengkaderan,kemasyarakatan, kebangsaan dan keagamaan. Didirikan pada tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H bertepatan pada tanggal 24 Februari 1954 untuk IPNU dan 8 Rajab 1374 H yang bertepatan dengan tanggal 2 Maret 1955 untuk IPPNU. Pada bab IV pasal 7 dan 8 yang berisi tujuan dan usaha yang berbunyi: Tujuan IPNU adalah terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak mulia, berwawasan kebangsaan dan kebhinekaan serta bertanggungjawab atas terlaksananya syari’at Islam Ahlussunnah Wal-jamaah yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 demi tegaknya NKRI. Dan Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana pasal 7, maka IPNU melaksanakan usahausaha: (1) Menghimpun dan membina pelajar Nahdlatul Ulama dalam suatu wadah organisasi; (2) Mempersiapkan kader-kader pemimpin militan yang berwawasan intelektual dan berjiwa spiritual sebagai penerus perjuangan bangsa; (3) Mengusahakan tercapainya tujuan organisasi dengan menyusun landasan program perjuangan sesuai dengan perkembangan masyarakat (maslahah al ammah), guna terwujudnya khaira ummah; (4) Mengusahakan jalinan komunikasi dan kerjasama program dengan pihak lain selama tidak merugikan organisasi.

Hasil dari keputusan kongres XVIII Pimpinan Pusat IPPNU pada tanggal 4-8 Desember 2015 di Boyolali merumuskan Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga IPNU yakni pada BAB III pasal 8 yang berisi IPPNU berfungsi sebagai: pertama, wadah berhimpun pelajar putri Nahdlatul Ulama untuk melanjutkan nilainilai dan cita cita perjuangan NU; kedua, wadah komunikasi, interaksi dan integrasi pelajar putri Nahdlatul Ulama untuk menggalang ukhuwah Islamiyah dan mengembangkan syiar Islam ahlussunnah waljama’ah; ketiga, wadah kaderisasi dan keilmuan pelajar putri Nahdlatul Ulama untuk mempersiapkan kader-kader bangsa.

B.    B.  Pengertian Literasi Digital

Literasi adalah suatu kemampuan seseorang dalam menggunakan keterampilan dan potensi dalam mengelolah dan memahami informasi saat melakukan aktivitas membaca, menulis, berhitung serta memecahkan masalah dalam kehidupan sehai-hari. Literasi merupakan hal yang sangat penting karena akan mencerminkan maju atau tidaknya sebuah peradaban baru dalam setiap negara, seperti Indonesia yang kemampuan literasinya berdasarkan hasil skor PISA Proramme For International Student Assessment) tahun 2018 sangatlah memprihatinkan, Indonesia berada di peringkat 70 dari 78 negara yang masuk ke dalam organisasi OECD dalam hal membaca. Di zaman digital ini, (sebagai salah satu ciri abad ini). Hal yang menjadi tuntutan perkembangan globalisasi adalah literasi. Kemajuan zaman dan cara berliterasi harus seimbang. Terutama bagi generasi mellenial atau yang dikenal sebagai generasi digital. Di era digital harus memberikan sumbangan berupa kesadaran akan pentingnya pengetahuan yang mendalam.

 Komprehensif dan diproduksi melalui proses yang ketat. Untuk menuju masyarakat yang berpengetahuan, berpikir kritir dan bernalar, maka literasi harus ditingkatkan termasuk di dalamnya yaitu tingkat baca, berpikir kritis dan kecakapan dalam menggunakan teknologi. Terkait uaraian di atas, literasi sangatlah penting dalam mendukung imajinasi dan kreativitas masyarakat.oleh karena itu, literasi merupakan peran penting dalam membentuk karakter masyarakat Indonesia. Menurut Naational Institute For Literacy, Mendefenisikan Literasi sebagai kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berhitung , dan berbicara, memecahkan masalah pada tingkat keahlian dan nalar yang diperlkan dalam pekerjaan, keluaga dan masyarakat. Apabila kemampuan tersebut tidak terpenuhi maka dengan sendirinya akan mengalami kesulitan dalam mengakses informasi global di era digital. Akses di dalam pemanfaatan media daring dengan menggunakan gadget sebagai salah satu budaya yang perlu terus ditingkatkan pengamplikasiannya sehingga tidak menjadikan anak-anak melek literasi dan membiasakan membaca berita atau informasi tanpa menindaklanjuti kebenarannya dan mengabaikan konten narasinya. Ini adalah cara keliru sehingga menimbulkan dampak atau berpotensi menggemari berita-berita bohong atau hoaks di media social

Uraian di atas mengisyaratkan bahwa, literasi di era digital sangatlah penting bagi tuntutan zaman, terutama pada zaman era digital seperti sekarang ini. Literasi adalah istilah yang merujuk kepada seperangkat keterampilan dan kemampuan indvidu dalam membaca, menulis, berbicara, berhitung dan memecahkan masalah pada tingkat dan keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, literasi tidak dilepaskan dari keterampilan bahasa itu sendiri. Menurut KBBI (2019: 123), literasi adalah sesuatu yang berhubungan dengan tulis menulis. Dalam konteks masa kini, literasi memiliki defenisi yang sangat luas. Literasi berarti melek teknologi, politik, data, berpikir kritis dan peka terhadap lingkungan. Dalam paradigma berpikir moderen literasi dapat diartikan sebagai kemapuan bernalar untuk mengartikulasikan segala fenomena melalui huruf dengan baca dan tulisan. Menurut Ibnu Adji Setyawan (2018: 1) istilah literasi sudah mulai digunakan dalam skala yang lebih luas tetapi tetap merujuk pada kemampuan atau kompetensi dasar literasi yakni kemampuan membaca serta menulis.

Intinya, hal yang paling penting dari istilah literasi adalah bebas buta aksara supaya bisa memahami semua konsep secara fungsional, sedangkan cara untuk mendapatkan kemampuan literasi ini adalah dengan melalui pendidikan. Sejauh ini, terdapat 7 macam literasi, antara lain :

1.      Literasi Kesehatan

2.      Literasi Finansial

3.      Literasi Data

4.      Literasi Kritikal

5.      Literasi Teknologi.

6.      Literasi Statistik

7.      Literasi Informasi

 Literasi digital dikemukakan pertama kali oleh Paul Gilster (1997:2) merupakan kemampuan memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital. Paul menyatakan literasi digital merupakan kemampuan menggunakan teknologi dan informasi dari prianti digital secara efektif dan efesien dalam berbagai konteks, misalnya karir, akademik, dan kehidupan sehari-hari. Hague (2010:10) berpendapat bahwa literasi digital adalah kemampuan berbagi dan membuat dalam bentuk dan metode yang berbeda, berkolaborasi, dan berkomunikasi lebih efektif, serta memahami bagaimana dan kapan menggunakan teknologi digital yang baik untuk mendukung proses tersebut.

Sehubungan dengan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa literasi digital adalah keterampilan berbagai operasi dan menggunakan berbagai jenis perangkat teknologi informasi dan komunikasi guna untuk memahami, membaca, menulis serta menciptakan pengetahuan baru. Zaman digital sekarang ini harusnya dapat lebih mudah dan cepat dalam meningkatan budaya literasi di setiap tempat. Dengan meningkatkan budaya literasi akan berpengaruh baik terhadap kecakapan seluruh masyarakai Indonesia untuk bernalar dan berpikir kritis terhadap kehidupa sehari-hari, khususnya menghadapi tantangan globalisasi. Selain itu, Indonesia juga akan menghadapi defisit sumber daya manusia yang cerdas dan berkualitas jika generasi penerus atau generasi muda dan pegiat literasi harus mampu meningkatkan kapasitas diri secara mandiri dan memperluas diri dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu, meningkatkan menguatkan budaya literasi pada era digital perlu ditingkatkan dan dipertahankan guna meningkatkan kecakapan dan upaya pemerataan pendidikan dan pemberantasan buta aksara, meningkatkan pemahaman intelektual dan kesiapan untuk menghadapi tantangan globalisasi serta mengubah pola pikir dan bernalar masyarakat dalam menghadapi perkembangan dunia.

C.  Analisa budaya literasi ipnu ippnu dalam pengembangan digitalisasi dikabupaten Magetan

Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kabupaten Magetan. Tentu saja di usianya yang semakin dewasa ini banyak tantangan yang dihadapi oleh IPNU IPPNU. Di IPNU IPPNU sendiri ada beberapa kemunduran di beberapa tahun terakhir, terutama terkait habitus kader dalam melakukan aktivitas Belajar dan kesadaran terkait pentingnya membaca. Sesuai dengan Trilogi Jargon IPNU IPPNU “Belajar, Berjuang, Serta Bertakwa”, seharusnya ada analisa kembali, apa yang salah terhadap anggota maupun kader IPNU IPPNU sekarang di mana habitus aktivitas organisasinya sudah jauh dari tujuan organisasi. Dan kita perlu meneladani dalam kehidupan kita bahwa kedudukan ilmu itu amatlah penting untuk bekal kita sekarang maupun masa depan. Rasullulah Saw bersabda:

طَلَبُ اْلعِلْمْ فَرِثْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya: “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu muslim.”

Ada banyak latar belakang atau gejala yang kemudian melahirkan banyak realitas yang terjadi dalam dinamika gerakan IPNU IPPNU itu sendiri. Pertama adalah perubahan dan transformasi pergerakan. Zaman yang serba digital ini merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi anggota maupun kader. Seberapa jauh mereka bisa mengimbangi teknologi dengan kapasitas kesadaran mereka. Secara kolektif gerakan IPNU IPPNU kita dihadapkan pada peralihan semuanya, banyak persepsi yang dibawa adalah serba digital, tak terkecuali dalam dunia literasi. Misalnya, saya melihat tradisi menulis ataupun membaca dalam IPNU IPPNU, baik itu katakanlah dalam media ruang diskusi interaktif, ataupun agenda-agneda yang memang menajamkan kecerdasan, saya kira belum terlalu banyak muncul secara kolektif, paling satu atau dua yang dilakukan secara personal.

Lebih lanjut, kemunduran yang kedua adalah terkait dengan kesadaran anggota dan kader. Ketika kader-kader IPNU IPPNU hanya berdebat mengenai kaderisasi di tingkat PKPT, PAC, dan juga PC, itu bisa terpatahkan ketika kemudian kader IPNU IPPNU mau menelusuri dan mencari referensi terkait organisasi yang telah ada. Kemudian akan muncul sebuah pertanyaan apakah membaca data mengenai dinamika atau perkembangan sejarah gerakan IPNU IPPNU sampai sekarang itu masih ada dalam benak para kader-kader? Mungkin kader-kader yang sadar bisa mengakses, ataupun ingat, ataupun mendapatkan bacaan terkai cerita sejarah panjang IPNU ketika di awal kelahirannya, yaitu diinisiasi oleh KH. Tholha Mansoer dengan perjuangan intelektual. Meskipun ia hanya berlatar belakang islam tradisionalis, namun bisa menjadi orang pertama dari kalangan Nahdiyyin yang memiliki gelar Profesor Doktor. Bahkan lebih dari itu, beliau adalah seorang kiai, aktivis, politikus dan inteleksualis.

D.    Kesimpulan dan Sasaraan

Pendidikan literasi digital untuk pelajar IPNU IPPNU di kabupaten Magetan menjadi hal yang penting dilakukan karena usia muda adalah kalangan yang paling rentan dalam mengkonsumsi media. Selain itu pula usia muda yang diharapkan sebagai agen perubahan untuk mengatasi berbagai problema masyarakat digital. Keahlian dasar menjadikan aspek yang harus dipunyai oleh kalangan usia muda, yang dalam pelatihan ini telah dimiliki oleh para peserta pelatihan. Keahlian lanjut juga diperlukan untuk memaknai pesan-pesan media yang lebih kompleks yang biasanya memiliki banyak lapisan-lapisan makna. Semua keahlian tersebut pada akhirnya menentukan tingkat media literate dari setiap individu. Pada pelatihan ini peserta belum semua mempunyai keahlian ini dikarenakan keahlian ini membutuhkan latihan yang terus menerus dan konsisten sehingga mereka dapat melakukannya dengan baik. Oleh karena itu pendidikan literasi media merupakan solusi yang dapat dilakukan oleh organisasi  dan elemen masyarakat dan yang peduli terhadap kemajuan bangsa terutama diera digital.

E.     Daftar pustaka

KBBI. 2022. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Online diakses tanggal 19 april 2022

https://news.detik.com/berita/d-4738905/inilah-hadits-hadits-tentang-menuntut-ilmu-itu-wajib

Buchingham, D. (2001). Digital Media Literacies: rethingking media education in the age of the Internet, Research in Comparatie and International Education, 2(1), 43 – 45.

Iriantara, Yosal. (2009). Literasi Media. Cetakan Pertama. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

https://geopelajar.id/2021/06/20/pentingnya-tingkatkan-literasi-bagi-ipnu-ippnu/



0 Komentar